Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bunuh diri merupakan masalah
besar bagi kesehatan masyarakat. Data WHO, kasus bunuh diri meningkat
jumlahnya di negara berpenghasilan rendah dan sedang.
Di
Indonesia sendiri, berdasarkan data kepolisian ada 457 kasus bunuh diri
hingga September tahun 2014 ini. Sementara itu, tahun sebelumnya pada
2012 ada 981 kasus dan pada 2013 ada 921 kasus.
Kepala Biro
Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan,
kasus bunuh diri tahun ini paling banyak terjadi di wilayah Polda Jawa
Tengah yaitu 160 kasus. Urutan berikut yaitu Polda Jawa Timur dengan 84
kasus, Polda Metro Jaya sebanyak 55 kasus, Polda Bali sebanyak 39 kasus,
dan Polda Jawa Barat sebanyak 27 kasus.
"Kasusnya ada karena
konflik dengan keluarga, ditolak dalam pergaulan, berpisah dengan orang
yang dicintai, masalah ekonomi, tidak lulus ujian nasional, hingga motif
terorisme seperti bom bunuh diri," kata Boy dalam diskusi terkait Hari
Pencegahan Bunuh Diri, di Hotel Ibis, Jakarta, Senin (15/9/2014).
Direktur
Bina Kesehatan Jiwa kementerian Kesehaytan RI, Eka Viora mengatakan,
bunuh diri merupakan masalah kompleks karena tidak disebabkan oleh
alasan tunggal. Bunuh diri dapat disebabkan karena interaksi kompleks
antara faktor biologis, genetik, psikologis, sosial, budaya, dan
lingkungan.
"Sulit menjelaskan mengenai penyebab mengapa orang
memutuskan untuk bunuh diri, sedangkan yang lain dalam kondisi sama
bahkan lebih buruk, tetapi tidak melakukannya (bunuh diri)," terang Eka.
Namun, menurut Eka, tindakan percobaan bunuh diri dapat dicegah
dengan memberikan perhatian. Perhatian juga kasih sayang dapat
diberikan ketika melihat perubahan suasana hati seseorang, keresahan
atau kebingungan, cepat marah, melukai diri sendiri, dan menarik diri
dari lingkungan. Itu merupakan beberapa ciri-ciri seseorang berpotensi
melakukan tindakan bunuh diri.sumber:kompas